Meluruskan niat menghafal Quran itu sangat penting karena menghafal Al-Qur’an adalah salah satu ibadah yang sangat mulia di sisi Allah SWT. Namun, seiring dengan kemuliaannya, ibadah ini juga memerlukan niat yang benar. Niat yang lurus dalam menghafal Al-Qur’an menjadi landasan utama agar ibadah ini diterima dan memberikan keberkahan. Sebagaimana dalam setiap amal ibadah, niat sangat menentukan nilai di sisi Allah SWT.
Dalam agama Islam, segala amal perbuatan tergantung pada niat. Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan…” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadis ini menjadi dasar bahwa semua amalan, termasuk menghafal Al-Qur’an, harus diawali dengan niat yang benar. Jika niat kita untuk mendapatkan ridha Allah, maka Allah akan memberikan pahala dan keberkahan. Sebaliknya, jika niat kita hanya untuk mencari pujian manusia, maka tidak ada nilai pahala di sisi Allah.
Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk selalu mengikhlaskan niat hanya kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama…” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dari ayat ini, kita memahami bahwa ibadah, termasuk menghafal Al-Qur’an, harus dilakukan semata-mata karena Allah SWT. Menghafal Al-Qur’an bukan untuk mencari popularitas, penghargaan, atau pujian dari manusia, melainkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendapatkan ridha-Nya.
Rasulullah SAW banyak menyebutkan keutamaan bagi mereka yang menghafal dan menjaga hafalannya. Dalam salah satu hadisnya, Rasulullah SAW bersabda:
“Dikatakan kepada penghafal Al-Qur’an: ‘Bacalah, naiklah, dan tartilkan sebagaimana engkau mentartilkan di dunia, karena kedudukanmu berada di akhir ayat yang engkau baca.'” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Namun, keutamaan ini hanya bisa didapatkan jika niat kita benar, yakni untuk meraih ridha Allah. Jika niat kita salah, maka seluruh keutamaan itu akan sirna. Rasulullah SAW juga memperingatkan tentang bahaya memperlihatkan amal ibadah untuk mendapatkan pujian manusia (riya’):
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya.” (HR. Ahmad)
Oleh karena itu, penting bagi setiap penghafal Al-Qur’an untuk selalu memperbarui niat dan menjaganya agar tetap ikhlas.
Baca Juga: 10 Cara menghafal Al Quran dengan Cepat dan tidak mudah lupa
Para ulama selalu mengingatkan pentingnya meluruskan niat dalam menghafal Al-Qur’an. Imam An-Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Riyadhus Shalihin menekankan pentingnya keikhlasan dalam segala amal ibadah. Beliau mengatakan, “Setiap amal yang tidak diniatkan untuk mencari wajah Allah, maka amal tersebut tidak akan mendapatkan balasan dari Allah.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga menjelaskan, “Menghafal Al-Qur’an adalah amal yang mulia, namun jika niatnya untuk dunia, maka amal tersebut tidak akan diterima oleh Allah.”
Mengintrospeksi Diri: Setiap penghafal Al-Qur’an hendaknya sering mengintrospeksi niatnya. Sebelum memulai hafalan, tanyakan kepada diri sendiri, “Untuk apa aku menghafal Al-Qur’an? Apakah aku melakukannya untuk Allah atau hanya untuk mendapatkan pujian manusia?”
Berdoa kepada Allah: Memohon kepada Allah agar senantiasa diberikan keikhlasan dalam setiap amal ibadah adalah kunci. Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa untuk meminta keteguhan hati:
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keikhlasan dalam setiap amal ibadah dan kehidupan ini.”
Membaca Biografi Para Salaf: Salah satu cara untuk menjaga niat adalah dengan membaca biografi para salafush shalih (generasi terdahulu yang saleh). Mereka adalah contoh nyata orang-orang yang menghafal Al-Qur’an dengan niat yang lurus.
Menghindari Riya’: Riya’ adalah penyakit hati yang bisa merusak amal ibadah. Menghafal Al-Qur’an dengan tujuan mendapatkan pujian manusia termasuk bentuk riya’. Oleh karena itu, setiap penghafal Al-Qur’an harus waspada terhadap penyakit ini.
Menghafal Al-Qur’an adalah salah satu jalan menuju surga. Namun, jalan ini hanya akan terbuka jika dilakukan dengan niat yang benar. Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa membaca Al-Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka pada hari kiamat kedua orang tuanya akan dikenakan mahkota yang sinarnya lebih indah dari sinar matahari, seandainya matahari itu berada di dalam rumah-rumah kalian. Lantas bagaimana menurut kalian dengan orang yang mengamalkannya sendiri?” (HR. Abu Dawud)
Hadis ini menunjukkan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an, namun tetap dengan catatan bahwa niatnya lurus karena Allah SWT.
Baca Juga: Cara Efektif Hafal Quran dalam 30 Hari: Tips dan Strategi Sukses
Menghafal Al-Qur’an adalah amal yang sangat mulia, namun kemuliaan itu tidak akan tercapai tanpa niat yang benar. Sebagai penghafal Al-Qur’an, kita harus selalu berusaha meluruskan niat menghafal quran dan memohon kepada Allah agar diberikan keikhlasan dalam setiap langkah. Menghafal Al-Qur’an bukan sekadar mengisi otak dengan ayat-ayat suci, tetapi juga mengisi hati dengan keikhlasan dan cinta kepada Allah SWT.
Semoga Allah SWT senantiasa menjaga niat kita, menjadikan Al-Qur’an sebagai penolong di dunia dan akhirat, serta memberikan pahala yang berlipat ganda bagi setiap huruf yang kita hafal. Amin.